Attack-Attack I kissed a girl

Jumat, 07 Juni 2013

RESENSI

Judul : Tapol Penulis : Ngarto Februana Penerbit : Media Pressindo Yogyakarta Cetakan : I, September 2002 Tebal : Viii + 175 halaman. BAGI masyarakat yang kini berusia di atas 30 tahun, pasti bisa membayangkan betapa ‘cap terlibat G30S/PKI’ bagaikan hantu bergentayangan yang sangat menakutkan di zaman Orde Baru. Labelling ‘PKI’ pernah menjadikan berjuta rakyat Indonesia hidup dalam kenistaan dan kesengsaraan sebagai warga negara. Kepada mereka diberlakukan istilah politis bersih lingkungan yang sangat menghambat aktivitas dan ruang gerak. Keluarga yang memiliki anggota terlibat apalagi tokoh G30S/PKI, akan mendapat cemoohan masyarakat dan terpinggirkan dari kegiatan itu. Demikian pula anak-anak yang ketika peristiwa itu terjadi masih balita atau bahkan masih di kandungan — harus ikut menanggung ‘kesalahan’ orangtuanya. Oleh karena itu, tokoh Lastri dalam novel ini memilih mengatakan kepada dua anaknya: Mirah (tahun 1965 ketika peristiwa terjadi baru berusia 4 tahun) dan Hernowo (ketika bapaknya diculik melalui Operasi Kalong, masih dalam kandungan) — bahwa bapaknya sudah meninggal. Bahkan mengganti nama dari Kardjono menjadi Supardi. Kesengsaraan demi kesengsaraan dilukiskan melalui Lastri sebagai istri seorang komandan Angkatan Udara yang menjadi tahanan politik (tapol). Kemudian meluas pada penderitaan dan tekanan batin dua anaknya. Mirah (anak perempuannya) tumbuh menjadi gadis yang penuh gejolak, aktivis LSM yang mengkritisi kebijakan pemerintah. Dalam jalinan kisah inilah pengarang mengolah data yang didasari fakta sejarah yang dirangkai seperti potret tragedi manusia dalam peristiwa bersejarah di Indonesia G30S/PKI 1965. Berkat penggalian data sejarah melalui pelbagai literatur, buku ini (mungkin) juga dimaksudkan sebagai pelurusan sejarah yang selama ini diduga telah diputarbalikkan — seperti yang dikemas dalam buku pelajaran sejarah untuk konsumsi sekolah formal. Untuk referensi penulis memang membaca buku sejenis Menyingkap Kabut Halim 1965,landreform dan Gerakan Protes Petani Klaten 1959-1965, Pledoi Oemar Dani, juga buku-buku karangan Dr H Soebandrio, AH Nasution, dll. Bahkan, menggunakan keterangan Wakil Sekjen Gerwani, Sulami. Karena itulah, setting cerita dengan lokasi Jakarta, Yogya, Klaten, Madiun bisa dijalin dengan gamblang. Sehingga sebagai novel, karya Ngarto Februana ini enak dibaca. Dengan tebal 175 halaman, membuat orang tidak awang-awangen untuk membaca. Dari bahasa yang cukup ngepop mengalirlah menjadi kalimat rancak. Penulis terasa sangat menghayati substansi novel. Hal itu bisa dilihat dari nuansa emosi yang ‘dilekatkan’ pada tokoh-tokoh. Keunggulan : Pembaca dapat melihat jelas tragedi yang terjadi di zaman refolusi . Kelemahan : Penulis nampak memaksakan logikanya. SUMBER : http://www.oocities.org/ngartofebruana/novel-tapol.htm

RESENSI

Judul : Jalan Tak ada Ujung Penulis : motchar lubis Penerbit : yayasan obor indonesia,1952 Tebal : VI+167 hlm Hujan gerimis menambah senja lekas menggelap. Guntur menghempas hempas di ujung langit, dan cahaya kilat memancar mancar. Terang yang ditimbulkan amat cepat diganti oleh gelap yang lebih pekat. Jalan jalan kosong dan sepi. Beberapa orang bergegas lari dari hujan. Dan lari ancaman yang telah lama memeluk seluruh kota. Sebuah truk penuh berisi serdadu serdadu bermuka keras menderu di atas jalan jalan yang kosong. Patroli yang membelok ke kanan, terus, ke kiri, ke kanan, terus, dan terus, terus di jalan jalan yang sunyi, kosong dan sepi. Jalan dalam malam hujan gerimis gelap, jalan berliku tidak habis habisnya. Jalan tak ada ujung. seorang guru, Isa namanya, yang ketakutan ketika masa masa revolusi. Karena Isa adalah seorang guru, oleh karenanya ia sangat di hormati oleh tetangga tetangganya. Akan tetapi statusnya seperti tidak memihak kepadanya, keadaan ekonomi keluarganya sangat kekurangan. Istrinya fatimah, harus kesana kemari meminjam uang untuk keperluan makan. Selain itu, ia pun harus menerima ketika ia tidak bisa memberikan kepuasan batin kepada istrinya untuk selamanya. Sehingga keharmonisan keluarganya semakin lama semakin berkurang. Kehidupannya selalu di landa ketakutan. Setiap hari, setiap malam, dan setiap saat ia merasa was was ketika mendengar serdadu serdadu inggris menyerbu. Ketakutannya berawak ketika guru isa sedang menuju ke sekolahnya yang ada di tanah abang. Ia mendengar tembakan untuk pertamakalinya di gang jaksa yang melepas kesunyian kala itu. Guru isa kemudian bergabung dengan sebuah organisasi pemberontakan. Ia diajak oleh salah satu temannya Hazil yang sangat pintar bermain biola. Dengan sangat terpaksa ia menuruti apa kata temannya itu. Mereka kemudian bertugas untuk mengambil senjata dan granat tangan yang di simpan di daerah asam reges, setelah itu di simpan di manggarai, kemudian di selundupkan ke karawang. Penyelundupan itu berjalan mulus, meskipun menyisakan ketakutan pada guru isa. Karena merasa tidak bisa dipuaskan secara batin oleh guru isa, irtrinya kemudian berselingkuh dengan teman guru isa sendiri, Hazil. Guru isa tahu akan hal itu tetapi ia memilih untuk diam. Serdadu inggris kemudian meninggalkan indonesia setelah adanya perjanjian linggar jati. Akan tetapi, kondisi tersebut bukanlah sesuatu yang mengenakkan. Beberapa saat setelah kepergian serdadu inggris, serdadu belanda kemudian datang kembali ke indonesia. Puncak pemberontakan mereka terjadi ketika guru isa, hazil, dan rakhmat, temannya merencanakan untuk menyerang serdadu belanda di sebuah bioskop bernama bioskop rex. Mereka melemparkan bom tangan di depan pintu masuk bioskop tersebut. Beberapa serdadu belanda terluka akibat ledakan bom tersbut. Setelah itu mereka bertiga pulang ke tempat masing masing dan tidak saling memberi kabar untuk selang waktu yang lama. Hazil kemudian ditangkap oleh polisi militer, ia mengakui perbuatannya dan menyebutkan siapa saja yang terlibat dalam kasus itu. Tak lama kemudian guru isa menyusul hazil di tangkap polisi. Mereka berdua disiksa karena mereka tidak mau mengaku dimana rakhmat bersembunyi. KELEBIHAN BUKU Ceritanya benar benar realis, penggambaran tokoh tidak secara langsung tetapi sangat jelas perbedaan antar perbedaan antara tokoh satu dengan tokoh lain. Setingnya dibuat sedetil mungkin. KEKURANGAN BUKU Pemilihan bahasanya sederhana Sumber : http://themahir.blogspot.com/2010/09/resensi-novel-jalan-tak-ada-ujung-judul.html